Selasa, 20 Juni 2017

Laporan Praktikum Uji Pendahuluan Karbohidrat dan Protein



LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK


Percobaan ke: IV
Hari dan Tanggal Percobaan: Kamis, 04 Mei 2017
Kelompok: 2 (Dua)
Grup: B

NAMA           : YULIANA
NPM               : 1643057090






FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA
2017

UJI PENDAHULUAN KARBOHIDRAT DAN PROTEIN
I.          Tujuan Percobaan
1.    Mengidentifikasikan macam-macam karbohidrat (mono-, di-, oligo-, dan polisakarida) dengan cara mengamati reaksi-reaksi spesifik untuk masing-masing golongan.
2.    Mengidentifikasi protein dan asam-asam amino pembangun protein

II.          Dasar Teori
Di negara-negara sedang berkembang kurang lebih 80% energi makanan berasal dari karbohidrat. Menurut Neraca Bahan Makanan 1990 yang dikeluarkan oleh Biro Pusat Statistik, di Indonesia energi berasal dari karbohidrat merupakan 72% jumlah energi rata-rata sehari yang dikonsumsi oleh penduduk. Di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa Barat, angka ini lebih rendah, yaitu rata-rata 50%. Nilai energi karbohidrat adalah 4 kkal per gram (Almatsier, 2010).
Karbohidrat yang penting dalam ilmu gizi dibagi dalam dua golongan, yaitu karbohidrat sederhana dan karbohidrat kompleks. Sesungguhnya semua jenis karbohidrat terdiri atas karbohidrat sederhana atau gula sederhana; karbohidrat kompleks mempunyai lebih dari dua unit gula sederhana dalam satu molekul (Almatsier, 2010).
Karbohidrat sederhana terdiri atas (Almatsier, 2010) :
1.    Monosakarida yang terdiri atas jumlah atom C yang sama dengan molekul air, yaitu [C6(H2O)6] dan [C5(H2O)5];
2.    Disakarida yang terdiri atas ikatan 2 monosakarida di mana untuk tiap 12 atom C ada 11 molekul air [C12(H2O)11];
Monosakrida adalah karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis menjadi karbohidrat yang lebih sederhana. Monosakarida ini dapat diklasifikasikan sebagai triosa, tetrosa, pentosa, heksosa, atau heptosa, bergantung pada jumlah atom karbon; dan sebagai aldosa atau ketosa bergantung pada gugus aldehida atau keton yang dimilki senyawa tersebut (Murray dkk, 2009).
Gliseraldehid adalah aldosa yang paling sederhana, dan dihidroksiasetan adalah ketosa yang paling sederhana pula. Aldosa atau ketosa lainnya dapat diturunkan dari gliseraldehida atau dihidroksiaseton dengan cara menambahkan atom karbon, masing-masing membawa gugus hidroksil.
Sebagian besar monosakarida dikenal sebagai heksosa, karena terdiri atas 6-rantai atau cincin karbon. Atom-atom hidrogen dan oksigen terikat pada rantai atau cincin ini secara terpisah atau sebagai gugus hidroksil (OH). Ada tiga jenis heksosa yang penting dalam ilmu gizi, yaitu glukosa, fruktosa, dan galaktosa. Ketiga macam monosakarida ini mengandung jenis dan jumlah atom yang sama, yaitu 6 atom karbon, 12 atom hidrogen, dan 6 atom oksigen. Perbedaannya hanya terletak pada cara penyusunan atom-atom hidrogen dan oksigen di sekitar atom-atom karbon. Perbedaan dalam susunan atom inilah yang menyebabkan perbedaan dalam tingkat kemanisan, daya larut, dan sifat lain ketiga monosakarida tersebut (Almatsier, 2010).
Disakarida adalah produk kondensasi dua unit monosakarida. Ada empat jenis disakarida yaitu sukrosa atau sakarosa, maltosa, laktosa, dan trehalosa. Trehalosa tidak begitu penting dalam ilmu gizi. Kedua monosakarida yang saling mengikat berupa ikatan glikosidik melalui satu atom oksigen. Ikatan glikosidik ini biasanya terjadi antara atom C nomor 1 dengan atom C nomor 4 dan membentuk ikatan alfa, dengan melepaskan satu molekul. Hanya karbohidrat yang unit monosakaridanya terikat dalam bentuk alfa dapat dicernakan. Disakarida dapat dipecah kembali menjadi dua molekul monosakarida melalui hidrolisis. Glukosa terdapat pada empat jenis disakarida; monosakarida lainnya adalah fruktosa dan galaktosa (Almatsier, 2010).
Gula alkohol terdapat di dalam alam dan dapat pula dibuat secara sintetis. Ada empat jenis gula alkohol, yaitu sorbitol, manitol, dulsitol, dan inositol. Sorbitol terdapat di dalam beberapa jenis buah dan secara komersial dibuat dari glukosa. Sorbitol banyak digunakan dalam minuman dan makanan khusus pasien diabetes, seperti minuman ringan, selai dan kue-kue. Manitol dan dulsitol adalah alkohol yang dibuat dari monosakarida manosa dan galaktosa. Secara komersial, manitol diekstraksi dari sejenis rumput laut. Kedua jenis alkohol ini banyak digunakan dalam industri pangan. Sedangkan inositol merupakan alkohol siklis yang menyerupai glukosa. Inositol terdapat dalam banyak bahan makanan, terutama dalam sekam serealia. Bentuk esternya dengan asam fitat menghambat absorpsi kalsium dan zat besi dalam usus halus (Almatsier, 2010).
Oligosakarida adalah produk kondensasi tiga sampai sepuluh monosakarida. Sebagian besar oligosakarida tidak dicerna oleh enzim dalam tubuh manusia (Murray dkk, 2009).
Rafinosa, stakiosa, dan verbaskosa adalah oligosakarida yang terdiri atas unit-unit glukosa, fruktosa dan galaktosa. Ketiga jenis oligosakarida ini terdapat di dalam biji tumbuh-tumbuhan dan kacang-kacangan.seperti halnya polisakarida nonpati, oligosakarida ini di dalam usus besar mengalami fermentasi (Almatsier, 2010).
Untuk karbohidrat kompleks terdiri atas (Almatsier, 2010):
1.    Polisakarida yang terdiri atas lebih dari dua ikatan monosakarida.
2.    Serat yang dinamakan juga polisakarida nonpati.
Polisakarida tersusun dari banyak unit monosakarida yang terikat antara satu dengan yang lain melalui ikatan glikosida. Hidrolisis total dari polisakarida menghasilkan monosakarida. Polisakarida dapat dihidrolisis oleh asam atau enzim tertentu yang kerjanya spesifik. Hidrolisis sebagian polisakarida menghasilkan oligosakarida dan dapat digunakan untuk menentukan struktur molekul polisakarida (Sirajuddin dan Najamuddin, 2011).
Karbohidrat kompleks ini dapat mengandung sampai tiga ribu unit gula sederhana yang tersusun dalam bentuk rantai panjang lurus atau bercaban. Gula sederhana ini terutama adalah glukosa. Jenis polisakarida yang penting dalam ilmu gizi adalah pati, dekstrin, glikogen, dan polisakarida nonpati (Almatsier, 2010).
Pati merupakan simpanan karbohidrat dalam tumbuh-tumbuhan dan merupakan karbohidrat utama yang dimakan manusia di seluruh dunia. Pati terutama terdapat dalam padi-padian, biji-bijian, dan umbi-umbian. Jumlah unit glukosa dan susunannya dalam satu jenis pati berbeda satu sama lain bergantung jenis tanaman asalnya. Rantai glukosa terikat satu sama lain melalui ikatan alfa yang dapat dipecah dalam proses pencernaan (Almatsier, 2010).
Dekstrin merupakan produk antara pada pencernaan pati atau dibentuk melalui hidrolisis parsial pati. Dekstrin merupakan sumber utama karbohidrat dalam makanan. Cairan glukosa dalam hal ini merupakan campuran dekstrin, maltosa, glukosa, dan air. Dekstrin maltosa, suatu produk hasil hidrolisis parsial pati, digunakan sebagai makanan bayi karena tidak mudah mengalami fermentasi dan mudah dicernakan (Almatsier, 2010).
Glikogen dinamakan juga pati hewan karena merupakan bentuk simpanan karbohidrat di dalam tubuh manusia dan hewan, yang terutama terdapat di dalam hati dan otot. Glikogen terdiri atas unit-unit glukosa dalam bentuk rantai lebih bercabang. Struktur yang lebih bercabang ini membuat glikogen lebih mudah dipecah. Glikogen dalam otot hanya dapat digunakan untuk keperluan energi di dalam otot tersebut, sedangkan glikogen dalam hati dapat digunakan sebagai sumber energi untuk keperluan semua sel tubuh. Kelebihan glukosa melampaui kemampuan menyimpannya dalam bentuk glikogen akan diubah menjadi lemak dan disimpan dalam jaringan lemak. Glikogen tidak merupakan sumber karbohidrat yang penting dalam bahan makanan, karena hanya terdapat di dalam makanan berasal dari hewani dalam jumlah terbatas (Almatsier, 2010).
Glikogen mempunyai struktur empiris yang serupa dengan amilum pada tumbuhan. Pada proses hidrolisis, glikogen menghasilkan pula glukosa karena baik amilum maupun glikogen, tersusun dari sejumlah satuan glukosa. Glikogen dalam air akan membentuk koloid dan memberikan warna merah dangan larutan iodium. Pembentukan glikogen dari glukosa dalam sel tubuh diatur oleh hormon insulin dan prosesnya disebut glycogenesis. Sebaliknya, proses hidrolisis glikogen menjadi glukosa disebut glycogenolisis (Sirajuddin dan Najamuddin, 2011).
Mengenai penjelasan tentang serat, akhir-akhir ini banyak mendapat perhatian karena peranannya dalam mencegah berbagai penyakit. Definisi terakhir yang diberikan untuk serat makanan adalah polisakarida nonpati yang menyatakan polisakarida dinding sel. Ada dua golongan serat, yaitu yang tidak dapat larut dan yang dapat larut dalam air. Serat yang tidak dapat larut dalam air adalah selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Serat yang larut dalam air adalah pektin, gum, mukilase, glukan dan algal (Almatsier, 2010).
Selulosa, hemiselulosa, dan lignin merupakan kerangka struktural semua tumbuh-tumbuhan. Selulosa merupakan bagian utama dinding sel tumbuh-tumbuhan yang terdiri atas polimer linier panjang hingga 10.000 unit glukosa terikat dalam bentuk ikatan beta. Polimer karbohidrat dalam bentuk ikatan beta tidak dapat dicernakan oleh enzim pencernaan manusia (Almatsier, 2010).
Pektin, gum, dan mukilase terdapat di sekeliling dan di dalam sel tumbuh-tumbuhan. Ikatan-ikatan ini larut atau mengembang di dalam air sehingga membentuk gel. Oleh karena itu, di dalam industri pangan digunakan sebagai bahan pengental, emulsifer,dan stabilizer (Almatsier, 2010).
Pada umumnya, karbohidrat berupa serbuk putih yang mempunyai sifat sukar larut dalam pelarut nonpolar, tetapi mudah larut dalam air. Kecuali polisakarida bersifat tidak larut dalam air. Amilum dengan air dingin akan membentuk suspensi dan bila dipanaskan akan terbentuk pembesaran berupa pasta dan bila didinginkan akan membentuk koloid yang kental semacam gel (Sirajuddin dan Najamuddin, 2011).
Adapun fungsi dari karbohidrat diantaranya (Almatsier, 2010):
1.    Sumber energi: fungsi utama karbohidrat adalah menyediakan energi bagi tubuh. Karbohidrat merupakan sumber utama energi bagi penduduk di seluruh dunia, karena banyak didapat alam dan harganya relatif murah. Karbohidrat di dalam tubuh berada dalam sirkulasi darah sebagai glukosa untuk keperluan energi segera;sebagian disimpan sebagai glikogen dalam hati dan jaringan otot, dan sebagian diubah menjadi lemak untuk kemudian disimpan sebagai cadangan energi di dalam jaringan lemak.
2.    Pemberi rasa manis pada makanan: karbohidrat memberi rasa manis pada makanan, khususnya mono dan disakarida. Sejak lahir manusia menyukai rasa manis. Alat kecapan pada ujung lidah merasakan rasa manis tersebut. Gula tidak mempunyai rasa manis yang sama. Fruktosa adalah gula paling manis.
3.    Penghemat protein: bila karbohidrat makanan tidak mencukupi, maka protein akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi, dengan mengalahkan fungsi utamanya sebagai zat pembangun. Sebaliknya, bila karbohidrat makanan mencukupi, protein terutama akan digunakan sebagai zat pembangun.
4.    Pengatur metabolisme lemak: karbohidrat mencegah terjadinya oksidasi lemak yang tidak sempurna, sehingga menghasilkan bahan-bahan keton berupa asam asetoasetat,aseton, dan asam beta-hidroksi-butirat.
5.    Membantu pengeluaran feses: karbohidrat membantu pengeluaran feses dengan cara peristaltik usus dan memberi bentuk pada feses. Selulosa dalam serat makanan mengatur peristaltik usus,sedangkan hemiselulosa dan pektin mampu menyerap banyak air dalam usus besar sehingga memberi bentuk pada sisa makanan yang akan dikeluarkan.
Bila tidak ada karbohidrat, asam amino dan gliserol yang berasal dari lemak dapat diubah menjadi glukosa untuk keperluan energi otak dan sistem saraf pusat. Oleh sebab itu, tidak ada ketentuan tentang kebutuhan karbohidrat sehari untuk manusia. Untuk memelihara kesehatan, WHO (1990) menganjurkan agar 50-65% konsumsi energi total berasal dari karbohidrat kompleks dan paling banyak hanya 10% berasal dari gula sederhana (Almatsier, 2010).
Analisa Kualiatif  Karbohidrat :
 1. Uji Molisch
a.    Prinsip reaksi ini adalah dehidrasi senyawa karbohidrat oleh asam sulfat pekat.
b.    Dehidrasi heksosa menghasilkan senyawa hidroksi metil furfural, sedangkan dehidrasi pentosa menghasilkan senyawa fulfural.
c.    Uji positif jika timbul cincin merah ungu yang merupakan kondensasi antara furfural atau hidroksimetil furfural dengan alpha-naftol dalam pereaksi molish.
     2. Uji Seliwanoff
a.    merupakan uji spesifik untuk karbohidrat yang mengandung gugus keton atau disebut juga ketosa.
b.    Jika dipanaskan karbohidrat yang mengandung gugus keton akan menghasikan warna merah pada larutannya.
     3. Uji Benedict
a.    merupakan uji umum untuk karbohidrat yang memiliki gugus aldehid atau keton bebas.
b.    Uji benedict berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ oleh gugus aldehid atau keton bebas dalam suasana alkalis.
c.    biasanya ditambahkan zat pengompleks seperti sitrat atau tatrat untuk mencegah terjadinya pengendapan CuCO3
d.   uji positif ditandai dengan terbentuknya larutan hijau, merah, orange atau merah bata serta adanya endapan.
      4. Uji Barfoed
a.    Digunakan untuk menunjukkan adanya monosakarida dalam sampel.
b.    Uji positif ditunjukkan dengan terbentuknya endapan merah orang.
     5. Uji Iodin
a.    Digunakan untuk menunjukkan adanya polisakarida.
b.    Amilum dengan iodine dapat membentuk kompleks biru.
c.    Amilopektin dengan iodin akan memberi warna merah ungu.
d.   sedangkan dengan glikogen dan dekstrin akan membentuk warna merah coklat.


     6. Uji Fehling
a.    Digunakan untuk menunjukkan adanya karbohidrat pereduksi (monosakarida, laktosa, maltosa, dll).
b.    Uji positif ditandai dengan warna merah bata.
Protein adalah sekelompok senyawa organik yang nyaris keseluruhannya terdiri atas karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen. Protein biasanya suatu polimer yang tersusun atas banyak subunit (monomer) yang dikenal sebagai asam amino. Asam amino yang biasanya ditemukan dalam protein menunjukkan struktur sebagai berikut (Fried dan Hademenos, 2006).
Protein berfungsi sebagai katalisator, sebagai pengangkut dan penyimpan molekul lain seperti okseigen, mendukung secara mekanis sistem kekebalan (imunitas) tubuh, menghasilkan pergerakkan tubuh, sebagai transmitor gerak syaraf dan mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan. Analisa diameter protein menghasilkan unsur-unsur C, H, N dan O dan sering juga S. Disamping itu beberapa protein juga mengandung unsur-unsur lain terutama P, Fe, Zi dan Cu (Katili, 2009).
Protein merupakan makromolekul yang paling melimpah di dalam sel dan menyusun lebih dari setengah berat kering pada semua organisme. Semua protein pada semua makhluk, dibangun oleh oleh susunan dasar yang sama, yaitu 20 macam asam amino baku yang molekulnya sendiri tidak mempunyai aktivitas biologis sedang protein sebagai enzim dan hormon mempunyai fungsi khusus. Disamping itu protein dapat berfungsi sebagai pembangun struktur, sumber energi, penyangga racun, pengatur pH dan bahkan sebagai pembawa sifat turunan dari generasi ke generasi (Patong, dkk., 2012).
Melalui reaksi hidrolisis protein telah didapatkan 20 macam asam amino yang dibagi berdasarkan gugus R-nya, berikut dijabarkan penggolongan tersebut : asam amino non-polar dengan gugus R yang hidrofobik, antara lain Alanin, Valin, Leusin, Isoleusin, Prolin, Fenilalanin, Triptofan dan Metionin. Golongan kedua yaitu asam amino polar tanpa muatan pada gugus R yang beranggotakan Lisin, Serin, Treonin, Sistein, Tirosin, Asparagin dan Glutamin. Golongan ketiga yaitu asam amino yang bermuatan positif pada gugus R dan golongan keempat yaitu asam amino yang bermuatan negatif pada gugus R. Dari ke-20 asam amino yang ada, dijumpai delapan macam asam amino esensial yaitu valin, leusin, Isoleusin, metionin, Fenilalanin, Triptofan, Treonin, dan Lisin. Asam amino essensial ini tidak bisa disintesis sendiri oleh tubuh manusia sehingga harus didapatkan dari luar seperti makanan dan zat nutrisi lainnya (Samadi, 2012).

III.          Alat dan Bahan
a.    Alat
No
Nama Alat
Ukuran
Jumlah
1
Tabung reaksi
Sedang
20
2
Rak tabung reaksi
Standar
1
3
Penjepit tabung
Standar
1
4
Hotpalte/pemanas
Standar
1
5
Pipet tetes
Standar
5
6
Gelas Kimia
500 mL
1

b.   Bahan
No
Nama bahan
Wujud
Konsentrasi
Jumlah
1
Pereaksi Molish
Cair
-
100 mL
2
Pereaksi Bial
Cair
-
2 mL
3
Pereaksi Benedict
Cair
-
2 mL
4
Pereaksi Tollens
Cair
-
2 mL
5
Pereaksi Fehling A
Cair
-
2 mL
6
Pereaksi Fehling B
Cair
-
2 mL
7
Pereaksi Seliwanof
Cair
-
2 mL
8
H2SO4 pekat
Cair
-
2 mL
9
Ninhidrin
Cair
0,2%
2 mL
10
Fenilhidrazin HCl
Padat
-
0,1 gram
11
Natrium Asetat
Padat
-
0,2 gram
12
Aquadest
Cair
-
2 mL
13
Pereaksi Hopkin Cole
Cair
-
2 mL
14
Pereaksi Millon
Cair
-
2 mL
15
Larutan NaOH
Cair
10%
2 mL
16
CuSO4
Cair
-
2 mL





IV.      Prosedur Kerja
V. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
a.    Pengamatan
No
Perlakuan
Hasil Pengamatan
1
Uji Karbohidrat (sampel jus apel)
*      Pengenalan Pati dengan Tes Molish
-       Sebanyak 2 mL larutan karbohidrat (sampel jus apel/tabung reaksi I)
-       Sebanyak 2 mL aquadest (sebagai kontrol/tabung reaksi II)
-       Tambahkan sebanyak 2 tetes pereaksi Molish pada masing-masing tabung reaksi
-       Miringkan tabung + 2 mL H2SO4 pekat



-       Sampel berwarna kecoklatan

-       Sampel tidak berwarna

-       Larutan berwarna kecoklatan (kontrol)


-       Larutan berwarna kecoklatan
Negatif, tidak mengandung pati
*    Tes Bial (tes pentosa)
-       Sebanyak 2 mL larutan karbohidrat (sampel jus apel/tabung reaksi I)
-       Sebanyak 2 mL aquadest (sebagai kontrol/tabung reaksi II)
-       Tambahkan sebanyak 2 mL pereaksi Bial pada masing-masing tabung reaksi
-       Lalu panaskan, hingga mendidih dan dinginkan + 1 mL amil alkohol


-       Sampel berwarna kecoklatan

-       Sampel tidak berwarna

-       Tabung reaksi I : berwarna hijau
-       Tabung reaksi II: berwarna biru bening
-       Setelah dipanaskan: tabung reaksi I: berwarna hijau
-       Setelah dipanaskan: tabung reaksi II: berwarna hijau bening
Positif, mengandung pentosa
*    Tes benedict (tes gugus pereduksi)
-       Sebanyak 1 mL larutan karobohidrat (sampel jus apel/tabung reaksi I)
-       Sebanyak 1 mL aquadest (sebagai kontrol/tabung reaksi II)
-       Tambahkan 5 tetes pereaksi benedict pada masing-masing tabung,
-       panaskan diatas penangas air mendidih 2-5 menit


-       Sampel berwarna kecoklatan

-       Sampel tidak berwarna

-       Tabung reaksi I: berwarna coklat
-       Tabung reaksi II: berwarna biru bening
-       Tabung reaksi I: berwarna coklat terbentuk endapan merah bata
-       Tabung reaksi II: berwarna biru bening
Positif, mengandung gula pereduksi
*   Tes Barfoed (tes mono- dan disakarida)
-       Sebanyak 2 mL larutan karbohidrat (sampel jus apel/tabung reaksi I)
-       Sebanyak 2 mL aquadest (sebagai kontrol/tabung reaksi II)
-       Tambahkan 2 mL pereaksi barfoed pada masing-masing tabung,
-       panaskan diatas penangas air mendidih 2-10 menit
+ (positif) terbentuk endapan merah bata (adanya monoskarida) dalam waktu 2 menit.
       ̶  (negatif) terbentuk endapan merah
     bata (adanya disakarida) dalam waktu
     10 menit


-       Sampel berwarna kecoklatan

-       Sampel tidak berwarna

-       Tabung reaksi I: berwarna coklat
-       Tabung reaksi II: berwarna biru
-       Setelah dipanaskan, tabung reaksi I: berwarna hijau
-       Setelah dipanaskan, tabung reaksi II: berwarna biru
-       Negatif, tidak mengandung monosakarida dan disakarida
*   Tes Tollens (tes pentose dan heksosa)
-       Sebanyak 2 mL larutan karbohidrat (sampel jus apel/tabung reaksi I)
-       Sebanyak 2 mL aquadest (sebagai kontrol/tabung reaksi II)
-       Tambahkan 2 mL pereaksi tollens pada masing-masing tabung,
-       panaskan diatas penangas air mendidih






-       Sampel berwarna kecoklatan

-       Sampel tidak berwarna

-       Tabung reaksi I: berwarna coklat
-       Tabung reaksi II: larutan tidak berwarna
-       Setelah dipanaskan, tabung reaksi I: berwarna coklat
-       Setelah dipanaskan, tabung reaksi II: larutan tidak berwarna
Negatif, tidak mengandung pentose dan heksosa
*   Tes Fehling (tes gugus pereduksi)
-       Sebanyak 2 mL larutan karbohidrat (sampel jus apel/tabung reaksi I)
-       Sebanyak 2 mL aquadest (sebagai kontrol/tabung reaksi II)
-       Tambahkan 2 mL larutan fehling (fehling A + fehling B)
-       Panaskan diatas penangas air mendidih selama 3-4 menit
+ (positif) terdapat gula pereduksi maka terbentuk endapan merah bata



-       Sampel berwarna kecoklatan

-       Sampel tidak berwarna

-       Tabung reaksi I: larutan menjadi berlapis hijau dan orange dan terbentuk endapan coklat
-       Tabung reaksi II: larutan menjadi berlapis hijau dan biru
Negatif, tidak mengandung gula pereduksi
*   Tes Seliwanof (tes ketosa dan aldosa)
-       Sebanyak 2 ml larutan karbohidrat (sampel jus apel/tabung reaksi I)
-       Sebanyak 2 mL aquadest (sebagai kontrol/tabung reaksi II)
-       Tambahkan 5 mL pereaksi seliwanof pada masing-masing tabung
-       Panaskan diatas penangas air mendidih selama 1 menit
+ (positif) terdapat gula pereduksi maka terbentuk endapan merah bata

-       Sampel berwarna kecoklatan

-       Sampel tidak berwarna

-       Tabung reaksi I: larutan menjadi berwarna merah bata dan terbentuk endapan merah bata
-       Tabung reaksi II: larutan tidak berwarna
Positif, mengandung gula pereduksi
*   Tes Osazon (tes mono- dan disakarida)
-       Sebanyak 2 mL larutan karbohidrat (sampel jus apel/tabung reaksi I)
-       Sebanyak 2 mL aquadest (sebagai kontrol/tabung reaksi II)
-       Tambahkan  pada masing-masing tabung reaksi 0,1 gram fenilhidrazin HCl dan 0,2 gram natrium asetat kemudian dikocok sampai homogen
-       Panaskan diatas penangas air mendidih
+ (positif) terjadinya endapan kuning


-       Sampel berwarna kecoklatan

-       Sampel tidak berwarna

-       Tabung reaksi I: larutan berwarna menjadi kuning
-       Tabung reaksi II: larutan tidak berwarna

-       Setelah dipanaskan, tabung reaksi I: larutan berwarna menjadi kuning dan terbentuk endapan
-       Setelah dipanaskan, tabung reaksi II: larutan tidak berwarna
Positif, mengandung monosakarida dalam keadaan panas dan mengandung disakarida dalam keadaan didinginkan
2
Uji Protein dan Asam Amino (sampel susu)
*   Reaksi Biuret (tes umum protein)
-       Sebanyak 2 mL sampel protein (susu) ke dalam tabung reaksi
-       Tambahkan 1 mL NaOH 10% + tetes 10 tetes larutan CuSO4
+ (positif) terdapat protein, terbentuk warna ungu



-       Sampel berwarna coklat

-       Terjadi perubahan warna menjadi warna abu-abu
Negatif
*   Tes Ninhidrin (tes umum asam amino)
-       Sebanyak 2 mL sampel protein (jus apel) ke dalam tabung reaksi
-       Tambahkan 1 mL larutan Ninhidrin 0,2% , lalu dikocok
-       Panaskan diatas penangas air mendidih
     + (positif) terbentuk warna ungu


-       Sampel berwarna coklat

-       Terjadi perubahan warna menjadi warna ungu

Positif, mengandung protein

*   Tes Hopkin Cole (tes triptopan)
-       Sebanyak 2 mL sampel protein (jus apel) ke dalam tabung reaksi
-       Tambahkan 2 mL pereaksi Hopkin cole, lalu dikocok
-       Tambahkan 1 mL H2SO4, hingga terbentuk 2 lapisan
+ (positif) bila terlihat cincin ungu pada bidang batas

-       Sampel berwarna coklat

-       Terjadi perubahan terbentuk 2 lapisan, terlihat cincin ungu pada bidang batas
Positif
*   Tes Millon (tes asam amino tirosin)
-        Sebanyak 2 mL sampel protein (jus apel) ke dalam tabung reaksi
-        Tambahkan beberapa tetes pereaksi millon, lalu dikocok
-        Panaskan diatas penangas air mendidih selama 4-6 menit
+ (positif) terjadinya endapan merah

-       Sampel berwarna coklat

-       Terjadi perubahan pada larutan menjadi berwarna kuning, terbentuk endapan kuning
Negatif

Praktikum ini bertujuan untuk mengidentifikasikan macam-macam karbohidrat (mono-, di-, oligo-, dan polisakarida) dengan cara mengamati reaksi-reaksi spesifik untuk masing-masing golongan, mengidentifikasi protein dan asam-asam amino pembangun protein secara identifikasi kualitatif. Identifikasi kualitatif merupakan suatu metode yang digunakan untuk mendeteksi suatu senyawa, unsur ataupun zat lainnya dalam suatu larutan secara visual, baik dalam keadaan kering maupun basah. Parameter dalam analisis kualitatif adalah endapan, perubahan warna pada larutan, serta warna endapan yang terbentuk. Bahan yang digunakan dalam identifikasi karbohidrat dan protein yaitu pereaksi molish, pereaksi bial, pereaksi benedict, pereaksi tollens, pereaksi Fehling A dan B, pereaksi seliwanof, H2SO4 pekat, pereaksi ninhidrin, fenilhidrazin HCl, natrium asetat dan aquadest, sampel karbohidrat berupa jus apel dan sampel protein berupa susu Ultra milk.
Pada praktikum ini, dilakukan terlebih dahulu identifikasi karbohidrat dengan menggunakan  sampel jus apel. Pada identifikasi karbohidrat, percobaan pertama yang dilakukan yaitu pengenalan pati dengan tes molish, menunjukkan hasil negatif tidak mengandung pati yaitu tidak terbentuk warna ungu. Uji molish adalah uji yang memiliki prinsip hidrolisis karbohidrat menjadi monosakarida, selanjutnya monosakarida jenis pentosa akan mengalami dihidrasi dengan asam tersebut menjadi furfural, sementara golongan heksana menjadi hidroksi-multifural menggunakan asam organik pekat. Pereaksi molish bereaksi dengan furfural tersebut membentuk senyawa kompleks berwarna ungu, dimana uji ini bukan uji spesifik untuk karbohidrat. Warna ngu kemerah-merahan menyatakan reaksi positif, sedangkan warna hijau adalah negatif (Sumardjo, 2006). Selanjutnya tes kandungan pentosa menggunakan Uji Bial, menunjukkan hasil yang positif dengan adanya perubahan warna menjadi berwarna hijau. Uji bial bertujuan membuktikan adanya pentosa. Dasar teori dari uji bial adalah dehidrasi pentosa oleh HCl pekat menghasilkan furfural dan dengan penambahan orsinol (3,5-dihidroksi toluena) akan berkondensasi membentuk senyawa kompleks berwarna hijau. Selanjutnya dilakukan tes gugus pereduksi, menunjukkan hasil yang positif dimana terbentuknya endapan merah bata ketika sampel ditambahkan pereaksi benedict. Uji benedict berdasarkan pada gula yang mengandung gugus aldehid atau keton bebas akan mereduksi ion Cu2+ dalam suasana alkalis menjadi Cu+ yang mengendap sebagai Cu2O (kupro oksida) berwarna merah bata. Semua gula monosakarida, termasuk beberapa disakarida seperti laktosa, maltosa merupakan gula pereduksi (Sumardjo, 2006). Pengujian selanjutnya dengan menggunakan tes barfoed (tes mono- dan disakarida) menunjukkan hasil negatif dimana tidak terdapat monosakarida maupun disakarida. Pada uji barfoed memiliki prinsip berupa mekanisme Cu2+ dari pereaksi barfoed dalam suasana asam akan direkdusi lebih cepat oleh gula reduksi monosakarida dari pada disakarida dan menghasilkan Cu2O (kupro oksida) berwarna merah bata.
Kemudian pengujian dengan menggunakan tes tollens (tes pentose dan heksosa) dari percobaan menunjukkan hasil negatif dimana larutan berubah menjadi warna coklat, jika positif mengandung pentosa maka menunjukkan warna merah anggur. Selanjutnya dilakukan pengujian dengan menggunakan pereaksi fehling, didapatkan hasil negatif dimana pada sampel terjadi perubahan yaitu berlapis hijau dan orange dan terbentuk endapan coklat. Dalam pengujian karbohidrat menggunakan fehling akan menunjukkan hasil yang positif jika terbentuk endapan merah bata. Uji pendahuluan selanjutnya dengan menggunakan tes seliwanof (tes ketosa dan aldosa) menunjukkan hasil positif, mengandung gula pereduksi larutan menjadi berwarna merah bata dan terbentuk endapan merah bata. Uji pendahuluan terakhir karbohidrat yaitu dengan menggunakan tes osazon, dari percobaan ketika sampel dipanaskan diatas penangas air,  didapat hasil yaitu positif. Mengandung monosakarida dalam keadaan panas dan mengandung disakarida dalam keadaan didinginkan.
Pada percobaan selanjutnya dilakukan identifikasi protein dengan menggunakan sampel susu ultra milk. Pada identifikasi protein, percobaan pertama yang dilakukan yaitu dengan reaksi biuret, didapatkan hasil negatif dimana pada sampel terjadi perubahan warna menjadi warna abu-abu. Uji biuret digunakan untuk mengetahui adanya ikatan peptida pada sampel protein. Dalam suasana asam (penambahan NaOH), ion Cu2+  yang berasal dari biuret (CuSO4) akan bereaksi dengan gugus –CO dan –NH dari rantai peptida yang menyusun protein membentuk kompleks berwarna violet (Fessenden & Fessenden, 1997). Selanjutnya dilakukan pengujian dengan menggunakan tes ninhidrin, dari percobaan yang dilakukan didapat hasil negatif dengan menunjukkan warna ungu. Terjadinya perubahan warna menjadi ungu disebabkan, adanya gugus karboksil (COOH) dan amino bebas (NH3) pada sampel protein tersebut ditunjkkan dengan perubahan warna sampel menjadi biru muda sampai ungu. Dilanjutkan pengujian protein dengan menggunakan tes hopkin cole, didapat hasil erjadi perubahan terbentuk 2 lapisan, terlihat cincin ungu pada bidang batas. Kemudian selanjutnya pengujian protein dengan menggunakan tes millon dari percobaan didapat hasil yait terjadi perubahan pada larutan menjadi berwarna kuning, terbentuk endapan kuning (negatif), akan menunjukkan hasil positif jika terdapat gugus fenolik atau tirosin pada suatu protein atau asam amino maka larutan akan berwarna merah pekat dan terdapat endapan merah.

VI. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan yaitu uji karbohidrat dapat dilakukan dengan metode tes molish, tes bial, tes benedict, tes barfoed, tes tollens, tes fehling, tes seliwanof dan tes osazon. Pengujian protein dapat dilakukan dengan menggunakan reaksi biuret, tes ninhidrin, tes hopkin cole dan tes millon. Dari setiap percobaan yang dilakukan, menunjukkan hasil identifikasi yang berbeda-beda dimana terjadinya perubahan warna pada larutan sampel dan terbentuk endapan ketika ditambahkan pereaksi.

VII. Daftar Pustaka
Almatsier. S. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Murray, R. K. dkk. 2009. Biokimia Harper. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran    
       EGC             
Sirajuddin, S dan Najamuddin, U. 2011. Penuntun Praktikum Biokimia. Makassar: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin

Fried, G. H. dan Hademenos, G. J., 2006, Schaum’s Outlines Biologi Edisi Kedua, Penerbit Eralangga, Jakarta.

Katili, A. S., 2009, Struktur dan Fungsi Protein Kolagen (online), (http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/JPI/article/view/587), Jurnal Penelitian, Vol : 2 (5), Hal : 19-29, Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo.

Patong, A.R., dkk., 2012, Biokimia Dasar, Lembah Harapan Press, Makassar.

Samadi, 2012, Konsep Ideal Protein (Asam Amino) Fokus pada Ternak Ayam Pedaging (online), (http://jurnal.unsyiah.ac.id/agripet/article/view/202), Jurnal Penelitian, Vol: 12 (2), Hal : 42-48, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.





















VIII. Lampiran
Hasil pengamatan Karbohidrat  (Jus Apel )
Kelompok 2

No
Jenis uji
Gambar reagen awal
Gambar sampel
Gambar tiap tahapan reaksi
Gambar akhir
Hasil
1.
Tes bial
Larutan biru
Larutan kecoklatan
Ø  Sampel + reagen bial menjadi larutan hijau
Ø  Kontrol
Larutan hijau dipanaskan menjadi warna hijau
Positif
2.
Tes benedict
Larutan biru
Larutan kecoklatan
Ø  Sampel+ reagen benedict menjadi coklat

Larutan dipanaskan menjadi endapan merah bata
Positif








3.
Test barfoed
Larutan biru
Larutan kecoklatan
Sampel+ reagen barfoed menjadi larutan hijau
Larutan menjadi warna hijau dan control berwarna biru

Negatif
4.
Tes tollens
LTB
Larutan kecoklatan
Sampel+ reagen tollens

Larutan coklat
Negatif










5.

Tes Fehling
Fehling A = Larutan biru
Fehling B = LTB

Larutan kecoklatan
Sampel fehling A + Fehling B menjadi berlapis hijau dan orange

Dipanaskan menjadi larutan coklat
Negatif

























6.
Tesh molish
LTB
Larutan kecoklatan
Sampel+ H2SO4 pekat menjadi larutan coklat

Larutan coklat

Negatif
7.
Tesh seliwanof
LTB
Larutan kecoklatan
Sampel + reagen seliwanof menjadi warna merah bata
Endapan merah bata
Positif










8.
Tes Osazon
Fenilhidrazin (Kristal Putih)
Natrium Asetat
Larutan Coklat
Sampel + reagen menjadi warna kuning

Endapan Kuning
Positif








Hasil pengamatan protein (Susu UHT, merk Ultra Milk)
Kelompok 2

No.
Jenis uji
Gambar reagen awal
Gambar sampel
Gambar tiap tahapan reaksi
Gambar akhir
Hasil
1.
Reaksi biuret
NaOH = LTB
CuSO4 = larutan Biru

Susu coklat


Sampel+ NaOH tidak bereaksi


Sampel ditambahkan CuSO4
Larutan ditambah NaOH + CuSO4 larutan menjadi warna abu-abu
Negatif
2.
Tes ninhidrin
LTB
Susu coklat
Sampel+ reagen Ninhidrin 0,2% tidak bereaksi dipanaskan
Dipanaskan menjadi warna ungu
positif
3.
Tes hopkin cole
LTB
Susu coklat
Sampel+ reagen Hopkin Cole tidak bereaksi

Larutan ditambah H2SO4 pekat terbentuk cincin ungu

positif















4.
Tes millon
LTB
Susu coklat
Sampel + reagen Millon
Endapan kuning
Negatif

Jakarta,  18/05/2017

Nilai







Riong Seulina P, M.Si




M. Syarif Hidayat




Yuliana






Tidak ada komentar:

Posting Komentar