LAPORAN
PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK
Percobaan ke: IV
Hari dan Tanggal Percobaan: Kamis, 04 Mei 2017
Kelompok: 2 (Dua)
Grup: B
NAMA : YULIANA
NPM :
1643057090
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA
2017
UJI PENDAHULUAN KARBOHIDRAT DAN
PROTEIN
I.
Tujuan Percobaan
1.
Mengidentifikasikan
macam-macam karbohidrat (mono-, di-, oligo-, dan polisakarida) dengan cara
mengamati reaksi-reaksi spesifik untuk masing-masing golongan.
2.
Mengidentifikasi
protein dan asam-asam amino pembangun protein
II.
Dasar Teori
Di negara-negara sedang berkembang kurang lebih 80%
energi makanan berasal dari karbohidrat. Menurut Neraca Bahan Makanan 1990 yang
dikeluarkan oleh Biro Pusat Statistik, di Indonesia energi berasal dari karbohidrat
merupakan 72% jumlah energi rata-rata sehari yang dikonsumsi oleh penduduk. Di
negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa Barat, angka
ini lebih rendah, yaitu rata-rata 50%. Nilai energi karbohidrat adalah 4 kkal
per gram (Almatsier, 2010).
Karbohidrat yang penting dalam
ilmu gizi dibagi dalam dua golongan, yaitu karbohidrat sederhana dan
karbohidrat kompleks. Sesungguhnya semua jenis karbohidrat terdiri atas
karbohidrat sederhana atau gula sederhana; karbohidrat kompleks mempunyai lebih
dari dua unit gula sederhana dalam satu molekul (Almatsier, 2010).
Karbohidrat sederhana terdiri
atas (Almatsier, 2010) :
1.
Monosakarida
yang terdiri atas jumlah atom C yang sama dengan molekul air, yaitu [C6(H2O)6]
dan [C5(H2O)5];
2.
Disakarida yang
terdiri atas ikatan 2 monosakarida di mana untuk tiap 12 atom C ada 11 molekul
air [C12(H2O)11];
Monosakrida adalah karbohidrat
yang tidak dapat dihidrolisis menjadi karbohidrat yang lebih sederhana.
Monosakarida ini dapat diklasifikasikan sebagai triosa, tetrosa, pentosa,
heksosa, atau heptosa, bergantung pada jumlah atom karbon; dan sebagai aldosa
atau ketosa bergantung pada gugus aldehida atau keton yang dimilki senyawa
tersebut (Murray dkk, 2009).
Gliseraldehid adalah aldosa yang
paling sederhana, dan dihidroksiasetan adalah ketosa yang paling sederhana
pula. Aldosa atau ketosa lainnya dapat diturunkan dari gliseraldehida atau
dihidroksiaseton dengan cara menambahkan atom karbon, masing-masing membawa
gugus hidroksil.
Sebagian besar monosakarida
dikenal sebagai heksosa, karena terdiri atas 6-rantai atau cincin karbon.
Atom-atom hidrogen dan oksigen terikat pada rantai atau cincin ini secara
terpisah atau sebagai gugus hidroksil (OH). Ada tiga jenis heksosa yang penting
dalam ilmu gizi, yaitu glukosa, fruktosa, dan galaktosa. Ketiga macam
monosakarida ini mengandung jenis dan jumlah atom yang sama, yaitu 6 atom
karbon, 12 atom hidrogen, dan 6 atom oksigen. Perbedaannya hanya terletak pada
cara penyusunan atom-atom hidrogen dan oksigen di sekitar atom-atom karbon. Perbedaan
dalam susunan atom inilah yang menyebabkan perbedaan dalam tingkat kemanisan,
daya larut, dan sifat lain ketiga monosakarida tersebut (Almatsier, 2010).
Disakarida adalah produk
kondensasi dua unit monosakarida. Ada empat jenis disakarida yaitu sukrosa atau
sakarosa, maltosa, laktosa, dan trehalosa. Trehalosa tidak begitu penting dalam
ilmu gizi. Kedua monosakarida yang saling mengikat berupa ikatan glikosidik
melalui satu atom oksigen. Ikatan glikosidik ini biasanya terjadi antara atom C
nomor 1 dengan atom C nomor 4 dan membentuk ikatan alfa, dengan melepaskan satu
molekul. Hanya karbohidrat yang unit monosakaridanya terikat dalam bentuk alfa
dapat dicernakan. Disakarida dapat dipecah kembali menjadi dua molekul
monosakarida melalui hidrolisis. Glukosa terdapat pada empat jenis disakarida;
monosakarida lainnya adalah fruktosa dan galaktosa (Almatsier, 2010).
Gula alkohol terdapat di dalam
alam dan dapat pula dibuat secara sintetis. Ada empat jenis gula alkohol, yaitu
sorbitol, manitol, dulsitol, dan inositol. Sorbitol terdapat di dalam beberapa
jenis buah dan secara komersial dibuat dari glukosa. Sorbitol banyak digunakan
dalam minuman dan makanan khusus pasien diabetes, seperti minuman ringan, selai
dan kue-kue. Manitol dan dulsitol adalah alkohol yang dibuat dari monosakarida
manosa dan galaktosa. Secara komersial, manitol diekstraksi dari sejenis rumput
laut. Kedua jenis alkohol ini banyak digunakan dalam industri pangan. Sedangkan
inositol merupakan alkohol siklis yang menyerupai glukosa. Inositol terdapat
dalam banyak bahan makanan, terutama dalam sekam serealia. Bentuk esternya
dengan asam fitat menghambat absorpsi kalsium dan zat besi dalam usus halus
(Almatsier, 2010).
Oligosakarida adalah produk
kondensasi tiga sampai sepuluh monosakarida. Sebagian besar oligosakarida tidak
dicerna oleh enzim dalam tubuh manusia (Murray dkk, 2009).
Rafinosa, stakiosa, dan
verbaskosa adalah oligosakarida yang terdiri atas unit-unit glukosa, fruktosa
dan galaktosa. Ketiga jenis oligosakarida ini terdapat di dalam biji
tumbuh-tumbuhan dan kacang-kacangan.seperti halnya polisakarida nonpati,
oligosakarida ini di dalam usus besar mengalami fermentasi (Almatsier, 2010).
Untuk karbohidrat kompleks
terdiri atas (Almatsier, 2010):
1.
Polisakarida
yang terdiri atas lebih dari dua ikatan monosakarida.
2.
Serat yang
dinamakan juga polisakarida nonpati.
Polisakarida tersusun dari banyak
unit monosakarida yang terikat antara satu dengan yang lain melalui ikatan
glikosida. Hidrolisis total dari polisakarida menghasilkan monosakarida. Polisakarida dapat dihidrolisis oleh asam atau enzim tertentu yang kerjanya
spesifik. Hidrolisis sebagian polisakarida menghasilkan oligosakarida dan dapat
digunakan untuk menentukan struktur molekul polisakarida (Sirajuddin dan
Najamuddin, 2011).
Karbohidrat kompleks ini dapat
mengandung sampai tiga ribu unit gula sederhana yang tersusun dalam bentuk
rantai panjang lurus atau bercaban. Gula sederhana ini terutama adalah glukosa.
Jenis polisakarida yang penting dalam ilmu gizi adalah pati, dekstrin,
glikogen, dan polisakarida nonpati (Almatsier, 2010).
Pati merupakan simpanan
karbohidrat dalam tumbuh-tumbuhan dan merupakan karbohidrat utama yang dimakan
manusia di seluruh dunia. Pati terutama terdapat dalam padi-padian,
biji-bijian, dan umbi-umbian. Jumlah unit glukosa dan susunannya dalam satu
jenis pati berbeda satu sama lain bergantung jenis tanaman asalnya. Rantai
glukosa terikat satu sama lain melalui ikatan alfa yang dapat dipecah dalam
proses pencernaan (Almatsier, 2010).
Dekstrin merupakan produk antara
pada pencernaan pati atau dibentuk melalui hidrolisis parsial pati. Dekstrin
merupakan sumber utama karbohidrat dalam makanan. Cairan glukosa dalam hal ini
merupakan campuran dekstrin, maltosa, glukosa, dan air. Dekstrin maltosa, suatu
produk hasil hidrolisis parsial pati, digunakan sebagai makanan bayi karena
tidak mudah mengalami fermentasi dan mudah dicernakan (Almatsier, 2010).
Glikogen dinamakan juga pati
hewan karena merupakan bentuk simpanan karbohidrat di dalam tubuh manusia dan
hewan, yang terutama terdapat di dalam hati dan otot. Glikogen terdiri atas
unit-unit glukosa dalam bentuk rantai lebih bercabang. Struktur yang lebih
bercabang ini membuat glikogen lebih mudah dipecah. Glikogen dalam otot hanya
dapat digunakan untuk keperluan energi di dalam otot tersebut, sedangkan
glikogen dalam hati dapat digunakan sebagai sumber energi untuk keperluan semua
sel tubuh. Kelebihan glukosa melampaui kemampuan menyimpannya dalam bentuk
glikogen akan diubah menjadi lemak dan disimpan dalam jaringan lemak. Glikogen
tidak merupakan sumber karbohidrat yang penting dalam bahan makanan, karena
hanya terdapat di dalam makanan berasal dari hewani dalam jumlah terbatas
(Almatsier, 2010).
Glikogen mempunyai struktur
empiris yang serupa dengan amilum pada tumbuhan. Pada proses hidrolisis,
glikogen menghasilkan pula glukosa karena baik amilum maupun glikogen, tersusun
dari sejumlah satuan glukosa. Glikogen dalam air akan membentuk koloid dan
memberikan warna merah dangan larutan iodium. Pembentukan glikogen dari glukosa
dalam sel tubuh diatur oleh hormon insulin dan prosesnya disebut glycogenesis.
Sebaliknya, proses hidrolisis glikogen menjadi glukosa disebut glycogenolisis
(Sirajuddin dan Najamuddin, 2011).
Mengenai penjelasan tentang
serat, akhir-akhir ini banyak mendapat perhatian karena peranannya dalam
mencegah berbagai penyakit. Definisi terakhir yang diberikan untuk serat
makanan adalah polisakarida nonpati yang menyatakan polisakarida dinding sel.
Ada dua golongan serat, yaitu yang tidak dapat larut dan yang dapat larut dalam
air. Serat yang tidak dapat larut dalam air adalah selulosa, hemiselulosa, dan
lignin. Serat yang larut dalam air adalah pektin, gum, mukilase, glukan dan
algal (Almatsier, 2010).
Selulosa, hemiselulosa, dan
lignin merupakan kerangka struktural semua tumbuh-tumbuhan. Selulosa merupakan
bagian utama dinding sel tumbuh-tumbuhan yang terdiri atas polimer linier
panjang hingga 10.000 unit glukosa terikat dalam bentuk ikatan beta. Polimer
karbohidrat dalam bentuk ikatan beta tidak dapat dicernakan oleh enzim
pencernaan manusia (Almatsier, 2010).
Pektin, gum, dan mukilase
terdapat di sekeliling dan di dalam sel tumbuh-tumbuhan. Ikatan-ikatan ini
larut atau mengembang di dalam air sehingga membentuk gel. Oleh karena itu, di
dalam industri pangan digunakan sebagai bahan pengental, emulsifer,dan
stabilizer (Almatsier, 2010).
Pada umumnya, karbohidrat berupa
serbuk putih yang mempunyai sifat sukar larut dalam pelarut nonpolar, tetapi
mudah larut dalam air. Kecuali polisakarida bersifat tidak larut dalam air.
Amilum dengan air dingin akan membentuk suspensi dan bila dipanaskan akan
terbentuk pembesaran berupa pasta dan bila didinginkan akan membentuk koloid
yang kental semacam gel (Sirajuddin dan Najamuddin, 2011).
Adapun fungsi dari karbohidrat
diantaranya (Almatsier, 2010):
1.
Sumber energi: fungsi utama karbohidrat adalah menyediakan energi bagi tubuh.
Karbohidrat merupakan sumber utama energi bagi penduduk di seluruh dunia,
karena banyak didapat alam dan harganya relatif murah. Karbohidrat di dalam tubuh
berada dalam sirkulasi darah sebagai glukosa untuk keperluan energi
segera;sebagian disimpan sebagai glikogen dalam hati dan jaringan otot, dan
sebagian diubah menjadi lemak untuk kemudian disimpan sebagai cadangan energi
di dalam jaringan lemak.
2.
Pemberi rasa
manis pada makanan: karbohidrat memberi rasa manis
pada makanan, khususnya mono dan disakarida. Sejak lahir manusia menyukai rasa
manis. Alat kecapan pada ujung lidah merasakan rasa manis tersebut. Gula tidak
mempunyai rasa manis yang sama. Fruktosa adalah gula paling manis.
3.
Penghemat
protein: bila karbohidrat makanan tidak
mencukupi, maka protein akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi, dengan
mengalahkan fungsi utamanya sebagai zat pembangun. Sebaliknya, bila karbohidrat
makanan mencukupi, protein terutama akan digunakan sebagai zat pembangun.
4.
Pengatur
metabolisme lemak: karbohidrat mencegah terjadinya
oksidasi lemak yang tidak sempurna, sehingga menghasilkan bahan-bahan keton
berupa asam asetoasetat,aseton, dan asam beta-hidroksi-butirat.
5.
Membantu
pengeluaran feses: karbohidrat membantu
pengeluaran feses dengan cara peristaltik usus dan memberi bentuk pada feses.
Selulosa dalam serat makanan mengatur peristaltik usus,sedangkan hemiselulosa
dan pektin mampu menyerap banyak air dalam usus besar sehingga memberi bentuk
pada sisa makanan yang akan dikeluarkan.
Bila tidak ada karbohidrat, asam
amino dan gliserol yang berasal dari lemak dapat diubah menjadi glukosa untuk
keperluan energi otak dan sistem saraf pusat. Oleh sebab itu, tidak ada ketentuan
tentang kebutuhan karbohidrat sehari untuk manusia. Untuk memelihara kesehatan,
WHO (1990) menganjurkan agar 50-65% konsumsi energi total berasal dari
karbohidrat kompleks dan paling banyak hanya 10% berasal dari gula sederhana
(Almatsier, 2010).
Analisa Kualiatif Karbohidrat :
1. Uji Molisch
1. Uji Molisch
a.
Prinsip reaksi ini adalah dehidrasi senyawa karbohidrat
oleh asam sulfat pekat.
b.
Dehidrasi heksosa menghasilkan senyawa hidroksi metil
furfural, sedangkan dehidrasi pentosa menghasilkan senyawa fulfural.
c.
Uji positif jika timbul cincin merah ungu yang
merupakan kondensasi antara furfural atau hidroksimetil furfural dengan alpha-naftol
dalam pereaksi molish.
2. Uji Seliwanoff
a.
merupakan uji spesifik untuk karbohidrat yang
mengandung gugus keton atau disebut juga ketosa.
b.
Jika dipanaskan karbohidrat yang mengandung gugus
keton akan menghasikan warna merah pada larutannya.
3. Uji Benedict
a.
merupakan uji umum untuk karbohidrat yang memiliki gugus
aldehid atau keton bebas.
b.
Uji benedict berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ oleh
gugus aldehid atau keton bebas dalam suasana alkalis.
c.
biasanya ditambahkan zat pengompleks seperti sitrat
atau tatrat untuk mencegah terjadinya pengendapan CuCO3
d.
uji positif ditandai dengan terbentuknya larutan
hijau, merah, orange atau merah bata serta adanya endapan.
4. Uji Barfoed
a.
Digunakan untuk menunjukkan adanya monosakarida dalam
sampel.
b.
Uji positif ditunjukkan dengan terbentuknya endapan
merah orang.
5. Uji Iodin
a.
Digunakan untuk menunjukkan adanya polisakarida.
b.
Amilum dengan iodine dapat membentuk kompleks biru.
c.
Amilopektin dengan iodin akan memberi warna merah
ungu.
d.
sedangkan dengan glikogen dan dekstrin akan membentuk
warna merah coklat.
6. Uji Fehling
a.
Digunakan untuk menunjukkan adanya karbohidrat
pereduksi (monosakarida, laktosa, maltosa, dll).
b.
Uji positif ditandai dengan warna merah bata.
Protein adalah
sekelompok senyawa organik yang nyaris keseluruhannya terdiri atas karbon,
hidrogen, oksigen, dan nitrogen. Protein biasanya suatu polimer yang tersusun
atas banyak subunit (monomer) yang dikenal sebagai asam amino. Asam amino yang
biasanya ditemukan dalam protein menunjukkan struktur sebagai berikut (Fried
dan Hademenos, 2006).
Protein berfungsi sebagai katalisator, sebagai pengangkut dan penyimpan
molekul lain seperti okseigen, mendukung secara mekanis sistem kekebalan (imunitas) tubuh, menghasilkan pergerakkan tubuh, sebagai transmitor gerak syaraf
dan mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan. Analisa diameter protein
menghasilkan unsur-unsur C, H, N dan O dan sering juga S. Disamping itu
beberapa protein juga mengandung unsur-unsur lain terutama P, Fe, Zi dan Cu
(Katili, 2009).
Protein
merupakan makromolekul yang paling melimpah di dalam sel dan menyusun lebih
dari setengah berat kering pada semua organisme. Semua protein pada semua
makhluk, dibangun oleh oleh susunan dasar yang sama, yaitu 20 macam asam amino
baku yang molekulnya sendiri tidak mempunyai aktivitas biologis sedang protein
sebagai enzim dan hormon mempunyai fungsi khusus. Disamping itu protein dapat
berfungsi sebagai pembangun struktur, sumber energi, penyangga racun, pengatur
pH dan bahkan sebagai pembawa sifat turunan dari generasi ke generasi (Patong,
dkk., 2012).
Melalui reaksi hidrolisis protein telah didapatkan 20 macam asam amino
yang dibagi berdasarkan gugus R-nya, berikut dijabarkan penggolongan tersebut :
asam amino non-polar dengan gugus R yang hidrofobik, antara lain Alanin, Valin,
Leusin, Isoleusin, Prolin, Fenilalanin, Triptofan dan Metionin. Golongan kedua
yaitu asam amino polar tanpa muatan pada gugus R yang beranggotakan Lisin,
Serin, Treonin, Sistein, Tirosin, Asparagin dan Glutamin. Golongan ketiga yaitu
asam amino yang bermuatan positif pada gugus R dan golongan keempat yaitu asam
amino yang bermuatan negatif pada gugus R. Dari ke-20 asam amino yang ada,
dijumpai delapan macam asam amino esensial yaitu valin, leusin, Isoleusin,
metionin, Fenilalanin, Triptofan, Treonin, dan Lisin. Asam amino essensial ini
tidak bisa disintesis sendiri oleh tubuh manusia sehingga harus didapatkan dari
luar seperti makanan dan zat nutrisi lainnya (Samadi, 2012).
III.
Alat dan Bahan
a.
Alat
No
|
Nama Alat
|
Ukuran
|
Jumlah
|
1
|
Tabung reaksi
|
Sedang
|
20
|
2
|
Rak tabung reaksi
|
Standar
|
1
|
3
|
Penjepit tabung
|
Standar
|
1
|
4
|
Hotpalte/pemanas
|
Standar
|
1
|
5
|
Pipet tetes
|
Standar
|
5
|
6
|
Gelas Kimia
|
500 mL
|
1
|
b.
Bahan
No
|
Nama bahan
|
Wujud
|
Konsentrasi
|
Jumlah
|
1
|
Pereaksi Molish
|
Cair
|
-
|
100 mL
|
2
|
Pereaksi Bial
|
Cair
|
-
|
2 mL
|
3
|
Pereaksi Benedict
|
Cair
|
-
|
2 mL
|
4
|
Pereaksi Tollens
|
Cair
|
-
|
2 mL
|
5
|
Pereaksi Fehling A
|
Cair
|
-
|
2 mL
|
6
|
Pereaksi Fehling B
|
Cair
|
-
|
2 mL
|
7
|
Pereaksi Seliwanof
|
Cair
|
-
|
2 mL
|
8
|
H2SO4 pekat
|
Cair
|
-
|
2 mL
|
9
|
Ninhidrin
|
Cair
|
0,2%
|
2 mL
|
10
|
Fenilhidrazin HCl
|
Padat
|
-
|
0,1 gram
|
11
|
Natrium Asetat
|
Padat
|
-
|
0,2 gram
|
12
|
Aquadest
|
Cair
|
-
|
2 mL
|
13
|
Pereaksi Hopkin Cole
|
Cair
|
-
|
2 mL
|
14
|
Pereaksi Millon
|
Cair
|
-
|
2 mL
|
15
|
Larutan NaOH
|
Cair
|
10%
|
2 mL
|
16
|
CuSO4
|
Cair
|
-
|
2 mL
|
IV. Prosedur Kerja
V. Hasil
Pengamatan dan Pembahasan
a.
Pengamatan
No
|
Perlakuan
|
Hasil Pengamatan
|
1
|
Uji Karbohidrat (sampel jus apel)
Pengenalan
Pati dengan Tes Molish
-
Sebanyak 2 mL larutan
karbohidrat (sampel jus apel/tabung reaksi I)
-
Sebanyak 2 mL aquadest (sebagai
kontrol/tabung reaksi II)
-
Tambahkan sebanyak 2 tetes
pereaksi Molish pada masing-masing tabung reaksi
-
Miringkan tabung + 2 mL H2SO4
pekat
|
- Sampel
berwarna kecoklatan
- Sampel
tidak berwarna
- Larutan
berwarna kecoklatan (kontrol)
- Larutan
berwarna kecoklatan
Negatif,
tidak mengandung pati
|
Tes Bial (tes pentosa)
-
Sebanyak 2 mL larutan
karbohidrat (sampel jus apel/tabung reaksi I)
-
Sebanyak 2 mL aquadest (sebagai
kontrol/tabung reaksi II)
-
Tambahkan sebanyak 2 mL
pereaksi Bial pada masing-masing tabung reaksi
-
Lalu panaskan, hingga mendidih
dan dinginkan + 1 mL amil alkohol
|
- Sampel
berwarna kecoklatan
- Sampel
tidak berwarna
- Tabung
reaksi I : berwarna hijau
- Tabung
reaksi II: berwarna biru bening
- Setelah
dipanaskan: tabung reaksi I: berwarna hijau
- Setelah
dipanaskan: tabung reaksi II: berwarna hijau bening
Positif,
mengandung pentosa
|
|
Tes benedict (tes gugus
pereduksi)
-
Sebanyak 1 mL larutan karobohidrat
(sampel jus apel/tabung reaksi I)
-
Sebanyak 1 mL aquadest (sebagai
kontrol/tabung reaksi II)
-
Tambahkan 5 tetes pereaksi
benedict pada masing-masing tabung,
-
panaskan diatas penangas air
mendidih 2-5 menit
|
- Sampel
berwarna kecoklatan
- Sampel
tidak berwarna
- Tabung
reaksi I: berwarna coklat
- Tabung
reaksi II: berwarna biru bening
- Tabung
reaksi I: berwarna coklat terbentuk endapan merah bata
- Tabung
reaksi II: berwarna biru bening
Positif,
mengandung gula pereduksi
|
|
Tes Barfoed (tes mono- dan disakarida)
-
Sebanyak 2 mL larutan
karbohidrat (sampel jus apel/tabung reaksi I)
-
Sebanyak 2 mL aquadest (sebagai
kontrol/tabung reaksi II)
-
Tambahkan 2 mL pereaksi barfoed
pada masing-masing tabung,
-
panaskan diatas penangas air
mendidih 2-10 menit
+
(positif) terbentuk endapan merah bata (adanya monoskarida) dalam waktu 2
menit.
̶
(negatif) terbentuk endapan merah
bata (adanya disakarida) dalam waktu
10 menit
|
- Sampel
berwarna kecoklatan
- Sampel
tidak berwarna
- Tabung
reaksi I: berwarna coklat
- Tabung
reaksi II: berwarna biru
- Setelah
dipanaskan, tabung reaksi I: berwarna hijau
- Setelah
dipanaskan, tabung reaksi II: berwarna biru
- Negatif, tidak mengandung
monosakarida dan disakarida
|
|
Tes Tollens (tes pentose dan
heksosa)
-
Sebanyak 2 mL larutan
karbohidrat (sampel jus apel/tabung reaksi I)
-
Sebanyak 2 mL aquadest (sebagai
kontrol/tabung reaksi II)
-
Tambahkan 2 mL pereaksi tollens
pada masing-masing tabung,
-
panaskan diatas penangas air
mendidih
|
- Sampel
berwarna kecoklatan
- Sampel
tidak berwarna
- Tabung
reaksi I: berwarna coklat
- Tabung
reaksi II: larutan tidak berwarna
- Setelah
dipanaskan, tabung reaksi I: berwarna coklat
- Setelah
dipanaskan, tabung reaksi II: larutan tidak berwarna
Negatif,
tidak mengandung pentose dan heksosa
|
|
Tes Fehling (tes gugus
pereduksi)
-
Sebanyak 2 mL larutan
karbohidrat (sampel jus apel/tabung reaksi I)
-
Sebanyak 2 mL aquadest (sebagai
kontrol/tabung reaksi II)
-
Tambahkan 2 mL larutan fehling
(fehling A + fehling B)
-
Panaskan diatas penangas air
mendidih selama 3-4 menit
+
(positif) terdapat gula pereduksi maka terbentuk endapan merah bata
|
- Sampel
berwarna kecoklatan
- Sampel
tidak berwarna
- Tabung
reaksi I: larutan
menjadi berlapis hijau dan orange dan terbentuk endapan coklat
- Tabung
reaksi II: larutan menjadi berlapis hijau dan biru
Negatif,
tidak mengandung gula pereduksi
|
|
Tes Seliwanof (tes ketosa dan
aldosa)
-
Sebanyak 2 ml larutan
karbohidrat (sampel jus apel/tabung reaksi I)
-
Sebanyak 2 mL aquadest (sebagai
kontrol/tabung reaksi II)
-
Tambahkan 5 mL pereaksi seliwanof
pada masing-masing tabung
-
Panaskan diatas penangas air
mendidih selama 1 menit
+
(positif) terdapat gula pereduksi maka terbentuk endapan merah bata
|
- Sampel
berwarna kecoklatan
- Sampel
tidak berwarna
- Tabung
reaksi I: larutan
menjadi berwarna merah bata dan terbentuk endapan merah bata
- Tabung
reaksi II: larutan tidak berwarna
Positif,
mengandung gula pereduksi
|
|
Tes Osazon (tes mono- dan
disakarida)
-
Sebanyak 2 mL larutan
karbohidrat (sampel jus apel/tabung reaksi I)
-
Sebanyak 2 mL aquadest (sebagai
kontrol/tabung reaksi II)
-
Tambahkan pada masing-masing tabung reaksi 0,1 gram
fenilhidrazin HCl dan 0,2 gram natrium asetat kemudian dikocok sampai homogen
-
Panaskan diatas penangas air
mendidih
+
(positif) terjadinya endapan kuning
|
- Sampel
berwarna kecoklatan
- Sampel
tidak berwarna
- Tabung
reaksi I: larutan berwarna menjadi kuning
- Tabung
reaksi II: larutan tidak berwarna
- Setelah
dipanaskan, tabung reaksi I: larutan berwarna menjadi kuning dan terbentuk
endapan
- Setelah
dipanaskan, tabung reaksi II: larutan tidak berwarna
Positif,
mengandung monosakarida dalam keadaan panas dan mengandung disakarida dalam
keadaan didinginkan
|
|
2
|
Uji Protein dan Asam Amino (sampel susu)
Reaksi Biuret (tes umum
protein)
-
Sebanyak 2 mL sampel protein (susu)
ke dalam tabung reaksi
-
Tambahkan 1 mL NaOH 10% + tetes
10 tetes larutan CuSO4
+
(positif) terdapat protein, terbentuk warna ungu
|
-
Sampel berwarna coklat
-
Terjadi perubahan warna menjadi
warna abu-abu
Negatif
|
Tes Ninhidrin (tes umum asam
amino)
-
Sebanyak 2 mL sampel protein
(jus apel) ke dalam tabung reaksi
-
Tambahkan 1 mL larutan
Ninhidrin 0,2% , lalu dikocok
-
Panaskan diatas penangas air
mendidih
+
(positif) terbentuk warna ungu
|
-
Sampel berwarna coklat
-
Terjadi perubahan warna menjadi
warna ungu
Positif, mengandung protein
|
|
Tes Hopkin Cole (tes triptopan)
-
Sebanyak 2 mL sampel protein
(jus apel) ke dalam tabung reaksi
-
Tambahkan 2 mL pereaksi Hopkin
cole, lalu dikocok
-
Tambahkan 1 mL H2SO4,
hingga terbentuk 2 lapisan
+
(positif) bila terlihat cincin ungu pada bidang batas
|
-
Sampel berwarna coklat
- Terjadi
perubahan terbentuk 2 lapisan, terlihat cincin ungu pada bidang batas
Positif
|
|
Tes Millon (tes asam amino
tirosin)
-
Sebanyak 2 mL sampel protein
(jus apel) ke dalam tabung reaksi
-
Tambahkan beberapa tetes
pereaksi millon, lalu dikocok
-
Panaskan diatas penangas air
mendidih selama 4-6 menit
+
(positif) terjadinya endapan merah
|
- Sampel
berwarna coklat
- Terjadi
perubahan pada larutan menjadi berwarna kuning, terbentuk endapan kuning
Negatif
|
Praktikum ini
bertujuan untuk mengidentifikasikan macam-macam karbohidrat (mono-, di-,
oligo-, dan polisakarida) dengan cara mengamati reaksi-reaksi spesifik untuk
masing-masing golongan, mengidentifikasi protein dan asam-asam amino pembangun
protein secara identifikasi kualitatif. Identifikasi kualitatif merupakan suatu
metode yang digunakan untuk mendeteksi suatu senyawa, unsur ataupun zat lainnya
dalam suatu larutan secara visual, baik dalam keadaan kering maupun basah.
Parameter dalam analisis kualitatif adalah endapan, perubahan warna pada
larutan, serta warna endapan yang terbentuk. Bahan yang digunakan dalam
identifikasi karbohidrat dan protein yaitu pereaksi molish, pereaksi bial,
pereaksi benedict, pereaksi tollens, pereaksi Fehling A dan B, pereaksi
seliwanof, H2SO4 pekat, pereaksi ninhidrin, fenilhidrazin
HCl, natrium asetat dan aquadest, sampel karbohidrat berupa jus apel dan sampel
protein berupa susu Ultra milk.
Pada praktikum
ini, dilakukan terlebih dahulu identifikasi karbohidrat dengan menggunakan sampel jus apel. Pada identifikasi
karbohidrat, percobaan pertama yang dilakukan yaitu pengenalan pati dengan tes
molish, menunjukkan hasil negatif tidak mengandung pati yaitu tidak terbentuk
warna ungu. Uji molish adalah uji yang memiliki prinsip hidrolisis karbohidrat
menjadi monosakarida, selanjutnya monosakarida jenis pentosa akan mengalami
dihidrasi dengan asam tersebut menjadi furfural, sementara golongan heksana
menjadi hidroksi-multifural menggunakan asam organik pekat. Pereaksi molish
bereaksi dengan furfural tersebut membentuk senyawa kompleks berwarna ungu,
dimana uji ini bukan uji spesifik untuk karbohidrat. Warna ngu kemerah-merahan
menyatakan reaksi positif, sedangkan warna hijau adalah negatif (Sumardjo,
2006). Selanjutnya tes kandungan pentosa menggunakan Uji Bial, menunjukkan
hasil yang positif dengan adanya perubahan warna menjadi berwarna hijau. Uji
bial bertujuan membuktikan adanya pentosa. Dasar teori dari uji bial adalah
dehidrasi pentosa oleh HCl pekat menghasilkan furfural dan dengan penambahan
orsinol (3,5-dihidroksi toluena) akan berkondensasi membentuk senyawa kompleks
berwarna hijau. Selanjutnya dilakukan tes gugus pereduksi, menunjukkan hasil
yang positif dimana terbentuknya endapan merah bata ketika sampel ditambahkan
pereaksi benedict. Uji benedict berdasarkan pada gula yang mengandung gugus
aldehid atau keton bebas akan mereduksi ion Cu2+ dalam suasana
alkalis menjadi Cu+ yang mengendap sebagai Cu2O (kupro
oksida) berwarna merah bata. Semua gula monosakarida, termasuk beberapa
disakarida seperti laktosa, maltosa merupakan gula pereduksi (Sumardjo, 2006). Pengujian
selanjutnya dengan menggunakan tes barfoed (tes mono- dan disakarida)
menunjukkan hasil negatif dimana tidak terdapat monosakarida maupun disakarida.
Pada uji barfoed memiliki prinsip berupa mekanisme Cu2+ dari
pereaksi barfoed dalam suasana asam akan direkdusi lebih cepat oleh gula
reduksi monosakarida dari pada disakarida dan menghasilkan Cu2O
(kupro oksida) berwarna merah bata.
Kemudian
pengujian dengan menggunakan tes tollens (tes pentose dan heksosa) dari
percobaan menunjukkan hasil negatif dimana larutan berubah menjadi warna
coklat, jika positif mengandung pentosa maka menunjukkan warna merah anggur. Selanjutnya
dilakukan pengujian dengan menggunakan pereaksi fehling, didapatkan hasil
negatif dimana pada sampel terjadi perubahan yaitu berlapis
hijau dan orange dan terbentuk endapan coklat. Dalam pengujian karbohidrat
menggunakan fehling akan menunjukkan hasil yang positif jika terbentuk endapan
merah bata. Uji pendahuluan selanjutnya dengan menggunakan tes seliwanof (tes
ketosa dan aldosa) menunjukkan hasil positif,
mengandung gula pereduksi larutan menjadi berwarna merah bata
dan terbentuk endapan merah bata. Uji pendahuluan terakhir karbohidrat yaitu
dengan menggunakan tes osazon, dari percobaan ketika sampel dipanaskan diatas
penangas air, didapat hasil yaitu positif. Mengandung monosakarida dalam keadaan panas
dan mengandung disakarida dalam keadaan didinginkan.
Pada percobaan
selanjutnya dilakukan identifikasi protein dengan menggunakan sampel susu ultra
milk. Pada identifikasi protein, percobaan pertama yang dilakukan yaitu dengan
reaksi biuret, didapatkan hasil negatif dimana pada sampel terjadi perubahan
warna menjadi warna abu-abu. Uji biuret digunakan untuk mengetahui adanya
ikatan peptida pada sampel protein. Dalam suasana asam (penambahan NaOH), ion
Cu2+ yang berasal dari biuret
(CuSO4) akan bereaksi dengan gugus –CO dan –NH dari rantai peptida
yang menyusun protein membentuk kompleks berwarna violet (Fessenden &
Fessenden, 1997). Selanjutnya dilakukan pengujian dengan menggunakan tes
ninhidrin, dari percobaan yang dilakukan didapat hasil negatif dengan
menunjukkan warna ungu. Terjadinya perubahan warna menjadi ungu disebabkan,
adanya gugus karboksil (COOH) dan amino bebas (NH3) pada sampel
protein tersebut ditunjkkan dengan perubahan warna sampel menjadi biru muda
sampai ungu. Dilanjutkan pengujian protein dengan menggunakan tes hopkin cole,
didapat hasil erjadi perubahan terbentuk 2 lapisan, terlihat cincin ungu pada
bidang batas. Kemudian selanjutnya pengujian protein dengan menggunakan tes
millon dari percobaan didapat hasil yait terjadi perubahan pada larutan menjadi
berwarna kuning, terbentuk endapan kuning (negatif), akan menunjukkan hasil
positif jika terdapat gugus fenolik atau tirosin pada suatu protein atau asam
amino maka larutan akan berwarna merah pekat dan terdapat endapan merah.
VI. Kesimpulan
Dari percobaan
yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan yaitu uji karbohidrat dapat
dilakukan dengan metode tes molish, tes bial, tes benedict, tes barfoed, tes
tollens, tes fehling, tes seliwanof dan tes osazon. Pengujian protein dapat dilakukan
dengan menggunakan reaksi biuret, tes ninhidrin, tes hopkin cole dan tes
millon. Dari setiap percobaan yang dilakukan, menunjukkan hasil identifikasi
yang berbeda-beda dimana terjadinya perubahan warna pada larutan sampel dan
terbentuk endapan ketika ditambahkan pereaksi.
VII. Daftar Pustaka
Almatsier. S. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Murray, R. K. dkk. 2009. Biokimia Harper.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Sirajuddin, S dan
Najamuddin, U. 2011. Penuntun Praktikum Biokimia. Makassar: Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin
Fried, G. H. dan Hademenos,
G. J., 2006, Schaum’s Outlines Biologi Edisi Kedua, Penerbit Eralangga,
Jakarta.
Katili, A. S., 2009, Struktur
dan Fungsi Protein Kolagen (online), (http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/JPI/article/view/587), Jurnal Penelitian, Vol : 2 (5), Hal : 19-29,
Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo.
Patong, A.R., dkk., 2012, Biokimia
Dasar, Lembah Harapan Press, Makassar.
Samadi, 2012, Konsep
Ideal Protein (Asam Amino) Fokus pada Ternak Ayam Pedaging (online), (http://jurnal.unsyiah.ac.id/agripet/article/view/202), Jurnal Penelitian, Vol: 12 (2), Hal : 42-48,
Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
VIII. Lampiran
Hasil
pengamatan Karbohidrat (Jus Apel )
Kelompok
2
No
|
Jenis uji
|
Gambar reagen
awal
|
Gambar sampel
|
Gambar tiap
tahapan reaksi
|
Gambar akhir
|
Hasil
|
1.
|
Tes bial
|
Larutan biru
|
Larutan kecoklatan
|
Ø Sampel
+ reagen bial menjadi larutan hijau
Ø Kontrol
|
Larutan hijau dipanaskan menjadi warna
hijau
|
Positif
|
2.
|
Tes benedict
|
Larutan biru
|
Larutan kecoklatan
|
Ø Sampel+
reagen benedict menjadi coklat
|
Larutan dipanaskan menjadi endapan
merah bata
|
Positif
|
3.
|
Test barfoed
|
Larutan biru
|
Larutan kecoklatan
|
Sampel+ reagen barfoed menjadi larutan
hijau
|
Larutan menjadi warna hijau dan
control berwarna biru
|
Negatif
|
4.
|
Tes tollens
|
LTB
|
Larutan kecoklatan
|
Sampel+ reagen tollens
|
Larutan coklat
|
Negatif
|
5.
|
Tes Fehling
|
Fehling A = Larutan biru
Fehling B = LTB
|
Larutan kecoklatan
|
Sampel fehling A + Fehling B menjadi
berlapis hijau dan orange
|
Dipanaskan menjadi larutan coklat
|
Negatif
|
6.
|
Tesh molish
|
LTB
|
Larutan kecoklatan
|
Sampel+ H2SO4 pekat menjadi larutan
coklat
|
Larutan coklat
|
Negatif
|
7.
|
Tesh seliwanof
|
LTB
|
Larutan kecoklatan
|
Sampel + reagen seliwanof menjadi
warna merah bata
|
Endapan merah bata
|
Positif
|
8.
|
Tes Osazon
|
Fenilhidrazin
(Kristal Putih)
Natrium Asetat
|
Larutan Coklat
|
Sampel + reagen menjadi warna kuning
|
Endapan Kuning
|
Positif
|
Hasil
pengamatan protein (Susu UHT, merk Ultra Milk)
Kelompok
2
No.
|
Jenis uji
|
Gambar reagen
awal
|
Gambar sampel
|
Gambar tiap
tahapan reaksi
|
Gambar akhir
|
Hasil
|
1.
|
Reaksi biuret
|
NaOH = LTB
CuSO4 = larutan Biru
|
Susu coklat
|
Sampel+ NaOH tidak bereaksi
Sampel ditambahkan CuSO4
|
Larutan ditambah NaOH + CuSO4 larutan
menjadi warna abu-abu
|
Negatif
|
2.
|
Tes ninhidrin
|
LTB
|
Susu coklat
|
Sampel+ reagen Ninhidrin 0,2% tidak
bereaksi dipanaskan
|
Dipanaskan menjadi warna ungu
|
positif
|
3.
|
Tes hopkin cole
|
LTB
|
Susu coklat
|
Sampel+ reagen Hopkin Cole tidak
bereaksi
|
Larutan ditambah H2SO4 pekat terbentuk
cincin ungu
|
positif
|
4.
|
Tes millon
|
LTB
|
Susu coklat
|
Sampel + reagen Millon
|
Endapan kuning
|
Negatif
|
Jakarta, 18/05/2017
Nilai
|
Riong
Seulina P, M.Si
|
M.
Syarif Hidayat
|
Yuliana
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar